twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Jumat, 26 Juli 2013

Lailatul Qadar?


Lailatul Qadar atau malam kemuliaan adalah malam yang dikabarkan oleh Allah SWT sebagai malam kemuliaaan, dimana nilai keberkahan malam itu lebih baik daripada seribu bulan. Malam dimana para malaikat dan malaikat Jibril turun kedunia menebarkan salam hingga terbit fajar. Secara tegas dan jelas Allah SWT menerangkan malam itu dalam firman-Nya:

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar”. (Al Qadr 1-5).


Keutamaan Sholat Tarawih

Keutamaan shalat tarawih atau shalat tahajud pada bulan Ramadhan ini disebutkan dalam sebuah hadis sebagai berikut. Dari Ali bin Abi Thalib r.a. bahwa dia berkata: Nabi SAW ditanya tentang keutamaan-keutamaan tarawih di bulan Ramadhan. Kemudian beliau bersabda;
Orang mukmin keluar dari dosanya pada malam pertama, seperti saat dia dilahirkan oleh ibunya.
Dan pada malam kedua, ia diampuni, dan juga kedua orang tuanya, jika keduanya mukmin.
Dan pada malam ketiga, seorang malaikat berseru dibawah 'Arsy:"Mulailah beramal, semoga Allah mengampuni dosamu yang telah lewat".

Selasa, 23 Juli 2013

Kepada Siapa Bersedakah itu yang terbaik? Dan dengan apa sedekah yang terbaik itu?

Sedekah itu ada beberapa tingkatan :
1   Kepada kedua orangtua.
2   Kepada Mertua.
3      Kepada Isteri dan Anak-anak.
4      Kepada kerabat, seperti saudara kandung, Paman dan Bibi (baik dari pihak Bapak kita atau dari pihak Ibu kita ), keponakan, dan ipar.
5     Anak-anak yatim. (Lihat disekitar kita, bila tidak ada lihat di kampung sebelah)
     Orang-orang miskin. Masakin/dhuafa/dll (Lihat disekitar kita, bila tidak ada lihat di kampung sebelah)
7   Orang-orang yang kehabisan ongkos dijalan (musafir)
     Teman seperjalanan. 
      Yg sedang bejihad, atau seperjalanan dalam melakukan perjalanan
t    Tetangga dekat ,Prioritaskan Ustad/Guru Ngaji ,Masjid,  Masakin/dhuafa
1 Tetangga Jauh, dan Orang-orang yang bekerja dengan kita(pembantu, supir, dan lain-lain).

Ulumul Qur’an

BAB I  PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
      Dalam pembahasan makalah ini, marilah kita mengenal lebih jauh mengenai Ulumul Qur’an dan faedah-faedahnya.
Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW dengan perantara malaikat Jibril sebagai mu’jizat. Al-Qur’an adalah sumber ilmu bagi kaum muslimin yang merupakan dasar-dasar hukum yang mencakup segala hal.
ÙˆَÙ†َزَّÙ„ْÙ†َا عَÙ„َÙŠْÙƒَ الْÙƒِتَـبَ تِبْÙŠَانًا Ù„ِّÙƒُÙ„ِّ Ø´َÙ‰ْØ¡ٍ ÙˆَÙ‡َدَÙ‰ ÙˆَرَØ­ْÙ…َØ©ً ÙˆَبُØ´ْرَÙ‰ Ù„ِÙ„ْÙ…ُسْÙ„ِÙ…ِين
Artinya  :   Kami turunkan kepadamu Al-Kitab untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri.” (Q.S. An-Nahl : 89).
Mempelajari isi Al-Qur’an akan menambah perbendaharaan baru, memperluas pandangan dan pengetahuan, meningkatkan perspektif baru dan selalu menemui hal-hal yang selalu baru. Lebih jauh lagi, kita akan lebih yakin akan keunikan isinya yang menunjukkan Maha Besarnya Allah sebagai penciptanya.
Al-Qur’an diturunkan dalam bahasa Arab. Oleh karena itu, ada anggapan bahwa setiap orang yang mengerti bahasa Arab dapat mengerti isi Al-Qur’an. Lebih dari itu, ada orang yang merasa telah dapat memahami dan menafsirkan Al-Qur’an dengan bantuan terjemahnya, sekalipun tidak mengerti bahasa Arab. Padahal orang Arab sendiri banyak yang tidak mengerti kandungan Al-Qur’an. Maka dari itu, untuk dapat mengetahui isi kandungan Al-Qur’an diperlukanlah ilmu yang mempelajari bagaimana tata cara menafsiri Al-Qur’an yaitu Ulumul Qur’an dan juga terdapat faedah-faedahnya. Dengan adanya pembahasan ini, kita sebagai generasi islam supaya lebih mengenal Al-Qur’an, karena tak kenal maka tak sayang.

Sabtu, 22 Juni 2013

Marhaban Ya Ramadhan...


Tujuan puasa Ramadhan adalah membentuk individu-individu yang selalu bertaqwa kepada Allah swt.   Allah swt telah berfirman, artinya:
   Wahai orang-orang yang beriman telah diwajibkan kepada kalian berpuasa sebagaimana puasa itu   telah diwajibkan kepada orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa.”[Al-Baqarah:183]
Seorang mufassir ternama, Imam Ibnu al-‘Arabiy , menjelaskan makna firman Allah swt ,”la’allakum tattaquun” sebagai berikut:
Dalam menafsirkan frasa ini, para ‘ulama tafsir terbagi menjadi tiga pendapat.  Pertama, ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “la’allakum tattaquun” adalah “la’allakum tattaquun maa hurrima ‘alaikum fi’luhu” {agar kalian terjaga dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan kepada kalian}. Kedua, ada yang berpendapat bahwa, “la’allakum tattaquun” bermakna “la’allakum tudl’ifuun fa tattaquun” [agar kalian menjadi lemah, sehingga kalian menjadi bertaqwa].  Sebab, ketika seseorang itu sedikit makannya maka syahwatnya juga akan lemah, ketika syahwatnya melemah maka makshiyyatnya juga akan sedikit.”  Ketiga, ada yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan firman Allah swt “la’allakum tattaquun”, adalah la’allakum tattaquun ma fa’ala man kaana qablakum” [agar kalian terjaga dari perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh orang-orang sebelum kalian {Yahudi dan Nashrani}.” [Imam Ibnu al-‘Arabiy, Ahkaam al-Quraan, juz I/108]

Maknapertama.   Terminal akhir dari ibadah puasa adalah agar kita mampu menghindarkan diri dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah swt.   Atas dasar itu, puasa harus mampu membentuk karakter untuk selalu membenci dan menjauhi perbuatan-perbuatan dan perkataan-perkataan.  Sayangnya, betapa banyak kaum muslim yang sudah melaksanakan ibadah puasa puluhan tahun lamanya, akan tetapi ia tidak pernah bisa terjaga dari perbuatan-perbuatan yang diharamkan Allah.  Benar, setiap tahun mereka menjalankan ibadah puasa, namun setiap tahun pula mereka gemar berbuat maksiyat, mendzalimi orang lain, memakan riba dan memangsa hak-hak orang lemah.   Puasa yang mereka kerjakan tidak memberikan bekas dan pengaruh apapun, kecuali sekedar haus dan dahaga.   Bahkan, betapa banyak para penguasa yang disibukkan dengan kegiatan-kegiatan seremonial untuk menyambut bulan Ramadhan.  Mereka juga terlihat serius dan komitmen tatkala menjalankan ibadah puasa.  Mereka juga rela bangun di pagi buta untuk mendapatkan berkah makan sahur. 

Jumat, 31 Mei 2013

Sabar Atas Ujian


Secara literal, sabar adalah habsu al-nafs ‘an al-jaza’ [menahan diri dari keluh kesah (ketidak sabaran).[Abu Bakar Al-Raziy, Mukhtaar al-Shihaah, hal.354, bab shabara).   Apabila seseorang mampu menahan dirinya dari keluh kesah, kegelisahan, dan kegundahan akibat berbagai macam cobaan, maka ia tergolong orang-orang yang sabar.   Sebaliknya, tatkala seseorang suka mengeluh, mengaduh, dan selalu merasa jengah dan khawatir atas berbagai macam musibah, maka ia bukanlah termasuk bagian orang-orang yang sabar.    Jamaluddin al-Qasimi menyatakan, “Barangsiapa yang tetap tegak bertahan sehingga dapat menundukkan hawa nafsunya secara terus-menerus, orang tersebut termasuk golongan orang yang sabar.”[Al-Qasimi, Mau’idlaat al-Mukminiiin]. 

Pahala kesabaran sangatlah besar dan agung.  Dalam sebuah hadits qudsiy telah dituturkan:
       "Apabila telah Kubebankan kemalangan (bencana) kepada salah seorang hambaKu pada badannya, hartanya, atau anaknya, kemudian ia menerimanya dengan sabar yang sempurna, Aku merasa enggan menegakkan timbangan baginya pada kiamat atau membukakan buku catatan amalan baginya.”[HR. al-Dailamiy, dari Anas ra].

Selasa, 28 Mei 2013

Mengatasi Kesombongan Diri

~Allah swt, telah menciptakan segala hal di dunia ini berpasang-pasangan. Panjang-pendek, gemuk-kurus, gembrot-lansing, jauh-dekat, besar-kecil, tingi-rendah. Begitu pula kaya-miskin, pintar-bodoh, banyak ilmu-miskin ilmu, pejabat teras-rakyat biasa. Semuanya serba berpasangan. Sejak awal Allah Maha Gagah menegaskan bahwa perbedaan itu bukan merupakan ‘kelebihan sejati seseorang atas orang lain. Sebab, sesunguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling taqwa: taat kepada aturan-Nya baik perintah maupun larangannya. Allah berfirman yang artinya:
“Hai manusia, sesuangguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal” (Q.S al-Hujurat:13)
          Dan karena itu pula, perbedaan tadi bukanlah bibit untuk melahirkan kesembongan manusia, melainkan merupakan sebagai tanda-tanda kekuasaan Allah Rabbul ‘alamin.

Sombong: Bertentangan Dengan Realitas

          Abdullah bin Mas’ud meriwayatkan bahwa Rasulullah saw, bersabda:”Tidak akan masuk sorga orang yang didalam hatinya ada sifat sombong walaupun hanya sebesar dzaroh (atom)”
Lantas ada seseorang yang berkomentar: “Sesungguhnya seseorang itu suka memakai pakaian yang bagus dan sepatu bagus”
Menanggapi hal ini Rasulullah saw, menyatakan:
“Sesungguhnya Allah itu indah, suka pada keindahan. Sombong itu menolak kebenaran dan merendahkan sesama manusia” [HR. Imam Muslim]
          Hadits ini menjelaskan ada dua unsur yang terkandung dalam sebuah kesombongan: menolak kebenaran dan merasa diri lebih tinggi dengan merendahkan orang lain. Sebagai renungan, pernah seseorang yang cukup senior berdiskusi dengan seorang remaja berusia 21 tahun tentang wajibnya penerapan hukum-hukum islam. Setelah diskusi berlansung 1 jam 45 menit, kata akhir pun tidak dicapai. Remaja tadi tetap pada pendiriannya bahwa hukum Islam wajib diterapkan berdasarkan argumentasi, sedangkan sang senior menolaknya. Bahkan dengan ketus berujar: “kamu ini anak bau kencur! Sudah berani-beraninya menentang orang tua. Saya sadah kenyang dengan perjuangan. Penerapan Islam mah hanya merupakan ilusi”. Sikap demikian menunjukkan suatu sikap sombong. Bentuknya, menolak kebenaran yang nampak jelas didepannya.


Allah Swt Sebagai Saksi dan Penjamin

Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah, dari Rasulullah saw., beliau bercerita, "Sesungguhnya ada seorang Bani Israel yang memohon kepada Bani Israel lainnya  untuk meminjaminya uang seribu dinar. Orang yang meminjamkan berkata, 'Datangkanlah saksi-saksi. Aku ingin mempersaksikan peminjaman ini kepada mereka.' Peminjam berkata, 'Cukuplah Allah sebagai saksinya.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Datangkanlah seorang penjamin.' Peminjam berkata, 'Cukuplah Allah sebagai penjamin.' Orang yang meminjamkan berkata, 'Kamu benar.' Kemudian dia memberikan uang itu hingga tempo tertentu.

Jumat, 24 Mei 2013

Amanah Seorang Sahabat

Diceritakan bahawa ada dua orang lelaki dari kalangan sahabat Rasulullah s.w.a. berteman baik saling ziarah menziarahi antara satu dengan lainnya. Mereka adalah Sha'b bin Jastamah dan Auf bin Malik. "Wahai saudaraku, siapa di antara kita yang pergi (meninggal dunia) terlebih dahulu, hendaknya saling kunjung mengunjungi." kata Sha'b kepada Auf di suatu hari. "Betul begitu?" tanya Auf. "Betul." jawab Sha'b.     Ditakdirkan Allah, Sha'b meninggal dunia terlebih dahulu. Pada suatu malam Auf bermimpi melihat Sha'b datang mengunjunginya. "Engkau wahai saudaraku?" tanya Auf. "Benar." jawab Sha'b. "Bagaimana keadaan dirimu?" "Aku mendapatkan keampunan setelah mendapat musibah."    

Apabila Auf melihat pada leher Sha'b, dia melihat ada tanda hitam di situ. "Apa gerangan tanda hitam di lehermu itu?" tanya Auf. "Ini adalah akibat sepuluh dinar yang aku pinjam dari seseorang Yahudi, maka tolong jelaskan hutang tersebut. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa tidak satupun kejadian yang terjadi di dalam keluargaku, semua terjadi pula setelah kematianku. Bahkan terhadap kucing yang matipun dipertanggungjawabkan juga. Ingatlah wahai saudaraku, bahwa anak perempuanku yang mati enam hari yang lalu, perlu engkau beri pelajaran yang baik dan pengertian baginya."      

Perbincangan di antara kedua-dua lelaki yang bersahabat itu terhenti kerana Auf terjaga dari tidurnya. Dia menyadari bahwa semua yang dimimpikannya itu merupakan pelajaran dan peringatan baginya. Pada sebelah paginya dia segera pergi ke rumah keluarga Sha'b. "Selamat datang wahai Auf. Kami sangat gembira dengan kedatanganmu." kata keluarga Sha'b. "Beginilah semestinya kita bersaudara. Mengapa anda datang setelah Sha'b tidak ada di dunia?"    

Ke Utamaan Al-Fateeha

Nama-nama lain Al-Fatihah : Fatihatul-Kitab, Ummul Kitab, Ummul-Qur'an, as-Sab'ul-Matsani, al-Qur'anul-`Azhim,asy-Syifa, dan Assaul-Qur'an.

Imam Ahmad bin Hambal r.a. meriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dia berkata, "Rasulullah saw. Menemui Ubai bin Ka'ab, namun dia sedang shalat. Rasul berkata, `Hai Ubai.' Maka Ubai melirik, namun tidak menyahut. Nabi berkata, `Hai Ubai!' Lalu Ubai mempercepat shalatnya, kemudian beranjak menemui Rasulullah saw. Sambil berkata, `Asalamu'alaika, ya Rasulullah.' Rasul menjawab, `Wa'alaikassalam. Hai Ubai, mengapa kamu tidak menjawab ketika kupanggil?' Ubai menjawab, `Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku sedang shalat.'

Nabi bersabda, `Apakah kamu tidak menemukan dalam ayat yang diwahyukan Allah Ta'ala kepadaku yang menyatakan, `Penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila menyeru kamu kepada sesuatu yang memberi kehidupan kepadamu.' (al-Anfal:24)

Kisah Pohon Apel

Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pohon apel yangamat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemarbermain-main di sekitar pohon apel ini setiap hari.Dia memanjat pohon tersebut, memetik serta memakanapel sepuas-puas hatinya, dan adakalanya diaberistirahat lalu terlelap di perdu pohon apeltersebut. Anak lelaki tersebut begitu menyayangitempat permainannya. Pohon apel itu juga menyukai anaktersebut.

Masa berlalu... anak lelaki itu sudah besar danmenjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskanmasanya setiap hari bermain di sekitar pohon apeltersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepadapohon apel tersebut dengan wajah yang sedih.    "Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohonapel itu." Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemarbermain dengan engkau," jawab remaja itu." Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untukmembelinya," tambah remaja itu dengan nada yang sedih.Lalu pohon apel itu berkata, "

Kalau begitu, petiklahapel-apel yang ada padaku. Juallah untuk mendapatkanuang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kauinginkan."
Remaja itu dengan gembiranya memetik semua apel dipohon itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagiselepas itu. Pohon apel itu merasa sedih. Masa berlalu...Suatu hari, remaja itu kembali. Dia semakin dewasa.
Pohon apel itu merasa gembira."Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pohonapel itu."Aku tiada waktu untuk bermain. Aku terpaksa bekerjauntuk mendapatkan uang. Aku ingin membina rumahsebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkahkau menolongku?" Tanya anak itu."

Mengenal sosok Khalifah Umar Bin Khatab R.A

Seorang pemuda yang gagah perkasa berjalan dengan langkah yang mantap mencari Nabi hendak membunuhnya. Ia sangat membenci Nabi, dan agama baru yang dibawanya. Di tengah perjalanan ia bertemu dengan seseorang yang bernama Naim bin Abdullah yang menanyakan tujuan perjalanannya tersebut. Kemudian diceritakannya niatnya itu. Dengan mengejek, Naim mengatakan agar ia lebih baik memperbaiki urusan rumah tangganya sendiri terlebih dahulu. Seketika itu juga pemuda itu kembali ke rumah dan mendapatkan ipar lelakinya sedang asyik membaca kitab suci Al-Qur'an. Langsung sang ipar dipukul dengan ganas, pukulan yang tidak membuat ipar maupun adiknya meninggalkan agama Islam. Pendirian adik perempuannya yang teguh itu akhirnya justru menentramkan hatinya dan malahan ia memintanya membaca kembali baris-baris Al-Qur'an. Permintaan tersebut dipenuhi dengan senang hati. Kandungan arti dan alunan ayat-ayat Kitabullah ternyata membuat si pemuda itu begitu terpesonanya, sehingga ia bergegas ke rumah Nabi dan langsung memeluk agama Islam. Begitulah pemuda yang bernama Umar bin Khattab, yang sebelum masuk Islam dikenal sebagai musuh Islam yang berbahaya. Dengan rahmat dan hidayah Allah, Islam telah bertambah kekuatannya dengan masuknya seorang pemuda yang gagah perkasa. Ketiga bersaudara itu begitu gembiranya, sehingga mereka secara spontan mengumandangkan "Allahu Akbar" (Allah Maha Besar). Gaungnya bergema di pegunungan di sekitarnya.

Umar masuk agama Islam pada usia 27 tahun. Beliau dilahirkan di Makkah, 40 tahun sebelum hijrah. Silsilahnya berkaitan dengan garis keturunan Nabi pada generasi ke delapan. Moyangnya memegang jabatan duta besar dan leluhurnya adalah pedagang. Ia salah satu dari 17 orang Makkah yang terpelajar ketika kenabian dianugerahkan kepada Muhammad SAW.

Dengan masuknya Umar ke dalam agama Islam, kekuatan kaum Muslimin makin bertambah tangguh. Ia kemudian menjadi penasehat utama Abu Bakar selama masa pemerintahan dua setengah tahun. Ketika Abu Bakar mangkat, ia dipilih menjadi khalifah Islam yang kedua, jabatan yang diembannya dengan sangat hebat selama sepuluh setengah tahun. Ia meninggal pada tahun 644 M, dibunuh selagi menjadi imam sembahyang di masjid Nabi. Pembunuhnya bernama Feroz alias Abu Lu'lu, seorang Majusi yang tidak puas.

Isra mi'raj bersama Rassulullah Saw

Imam Muslim meriwayatkan dalam kitab Shahih-nya dari Anas Ibnu Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Didatangkan untukku Buraq yang merupakan hewan putih, panjangnya diatas himar dan dibawah bagal, kukunya berada di akhir ujungnya. Beliau bersabda, `Aku segera menunggainya hingga tiba di Baitul Maqdis.' Beliau bersabda, `Lalu ia mengikatnya dengan tali (rantai)  yang biasa dipakai oleh para nabi untuk mengikat.' Beliau melanjutkan, `Kemudian aku memasuki masjid (Baitul Maqdis) dan mendirikan shalat dua rakaat. Setelah itu, aku keluar. Lalu Malaikat Jibril a.s. mendatangiku dan menyodorkan dua buah gelas yang satu berisi khamar dan lainnya berisi susu. Aku memilih gelas yang berisi susu dan Jibril a.s. berkata, `Engkau telah memilih kesucian.'

Kemudian ia naik bersamaku ke langit yang pertama. Jibril meminta dibukakan pintu. Lalu (malaikat penjaga langit pertama) bertanya, `Siapakah kamu.' Jibril a.s. menjawab, `Jibril.' Kemudian ia ditanya lagi, `Siapakah yang besertamu?' Jibril a.s. menjawab, `Muhammad.' Malaikat itu bertanya, `Apakah kamu diutus?' Jibril menjawab, `Ya, aku diutus.' Lalu pintu langit dibukakan untuk kami. Ternyata aku bertemu dengan Nabi Adam a.s. Ia menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Setelah itu Jibril a.s. naik bersamaku kelangit yang kedua dan meminta dibukakan pintu. Lalu pintu langit kedua dibukakan untuk kami. Di sana aku bertemu dengan dua putra paman Isa bin Maryam dan Yahya bin Zakaria a.s., keduanya menyambutku dan mendoakanku dengan kebaikan.

Jumat, 03 Mei 2013

Silaturahim Mebuat Kaya Hati dan Jiwa



Sahabat: Salam Ukuwah Fillah
Hendaknya kita menyambung hubungan silaturahim dengan kerabat dan orang lain dengan bijak. Baik dengan harta ataupun dengan pelayanan dan dengan berbagai bentuk silaturahim yang mengantarkan kita untuk taat dan terhindar dari perbuatan maksiat sehingga kita akan dikenang nilai kebaikan meskipun kita telah meninggal dunia, sebab orang yang dikenang kebaikannya oleh manusia setelah meninggal dunia merupakan umur kedua setelah kematiannya.

1. Keutamaan Silaturrahim

عَÙ†ْ Ø£َبِÙŠ Ø£َÙŠُّوبَ رَضِÙŠَ اللَّÙ‡ُ عَÙ†ْÙ‡ُ Ø£َÙ†َّ رَجُÙ„ًا Ù‚َالَ Ù„ِلنَّبِÙŠِّ صَÙ„َّÙ‰ اللَّÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ Ø£َØ®ْبِرْÙ†ِÙŠ بِعَÙ…َÙ„ٍ ÙŠُدْØ®ِÙ„ُÙ†ِÙŠ الْجَÙ†َّØ©َ Ù‚َالَ Ù…َا Ù„َÙ‡ُ Ù…َا Ù„َÙ‡ُ ÙˆَÙ‚َالَ النَّبِÙŠُّ صَÙ„َّÙ‰ اللَّÙ‡ُ عَÙ„َÙŠْÙ‡ِ ÙˆَسَÙ„َّÙ…َ Ø£َرَبٌ Ù…َا Ù„َÙ‡ُ تَعْبُدُ اللَّÙ‡َ ÙˆَÙ„َا تُØ´ْرِÙƒُ بِÙ‡ِ Ø´َÙŠْئًا ÙˆَتُÙ‚ِيمُ الصَّÙ„َاةَ ÙˆَتُؤْتِÙŠ الزَّÙƒَاةَ ÙˆَتَصِÙ„ُ الرَّØ­ِÙ…َ ” .رواه البخاري .

Dari Abu Ayyub Al-Anshori R.A bahwa ada seorang berkata kepada Nabi Muhammad, SAW., “Beritahukanlah kepadaku tentang satu amalan yang memasukkan aku ke surga. Seseorang berkata, “Ada apa dia? Ada apa dia?” Rasulullah saw. Berkata, “Apakah dia ada keperluan? Beribadahlah kamu kepada Allah jangan kamu menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, tegakkan shalat, tunaikan zakat, dan ber-silaturahimlah.” (Bukhari-Muslim).

Senin, 22 April 2013

Make Up Muslimah Menjadikan Anda Cantik, Menarik dan Masuk Surga














  1. Jadikanlah “Ghadhul Bashar” (menundukkan pandangan) sebagai hiasan mata anda, niscaya akan semakin bening dan jernih.
  1. Oleskan Lipstik “kejujuran dan ucapan-ucapan baik” pada bibir anda, niscaya akan semakin manis.
  1. Gunakan Pemerah Pipi anda dengan kosmetik  yang terbuat dari “rasa malu” yang dibuat pada salon iman.
  1. Pakailah “Sabun Istighfar” yang menghilangkan semua dosa dari kesalahan yang anda lakukan.
  1. Rawatlah rambut anda dengan “Jilbab Islam” yang akan menghilangkan ketombe pandangan laki-laki yang membahayakan.
  1. Hiasilah kedua tangan anda dengan gelang “Tawadhu” dan jari-jari anda dengan cincin “Ukhuwah”.

GAMBARAN WANITA PENGHUNI NERAKA YANG DILIHAT ROSULULLAH SAW DALAM PERISTIWA ISRA DAN MI’RAJ



Berkata Sayyidina Ali Karomallahu Wajhah : Aku  dan isteriku Fatimah masuk ke rumah Nabi SAW dan mendapati  Rasul sedang menangis dengan sangat sedihnya. Aku berkata : Ya Rosulullah hal apakah yang menjadikan engkau begitu sangat sedih?   Rasulullah SAW bersabda : Wahai Ali, pada malam aku di Isro’kan ke langit, aku melihat beberapa wanita dari umatku sedang disiksa dengan berbagai bentuk siksaan di neraka, maka aku tidak kuat melihat betapa pedihnya siksaan-siksaan itu.
            Kemudian Siti Fatimah rha bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berbagai bentuk siksaan itu dan apa yang menyebabkannya.
  1. Rosulullah SAW melihat wanita yang digantung  dengan rambutnya dan mendidih otaknya, disebabkan waktu hidup di dunia tidak mau menutup aurat  dan menutup kepala (rambutnya) sehingga dilihat oleh yang bukan muhrimnya.
  2. Rosulullah SAW melihat wanita yang digantung dengan lidahnya dan dikucurkan air panas pada tenggorokannya, disebabkan waktu hidup di dunia  suka menyakitkan suaminya dengan ucapan lidahnya.
  3. Rosulullah SAW melihat wanita yang  diikat dua kakinya kemudian dikerubuti oleh ular dan kalajengking, disebabkan waktu hidup di dunia tidak bersuci dari jinabat dan haid  serta melalaikan kewajiban sholat.
  4. Rosulullah SAW melihat wanita yang digantung  dengan dua payudaranya, disebabkan waktu hidup di dunia tidak mempersiapkan tempat tidur suaminya dan tidak melayani suaminya  dengan baik.
  5. Rosulullah SAW melihat wanita yang mukanya seperti babi dan tubuhnya seperti keledai  dan mendapat siksa, disebabkan waktu hidup di dunia suka mengadu-ngadu (namimah), ghibah (gossip) dan berbohong.
  6. Rosulullah SAW melihat wanita yang muka dan seluruh  tubuhnya seperti anjing dan api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya, disebabkan waktu hidup di dunia menghilangkan kebaikan suaminya dan benci serta dengki kepada suaminya.
    (Sumber: Uqudul Jein, Syekh nawawi Al Bantani)





Meneliti Diri

 

 
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?
(Q.S. Adz Dzariyat : 21)

A. Penyebutan Manusia

            Didalam Al Qur’an ada berbagai  penyebutan untuk nama manusia:
  1. Disebut Al Insan ( Q.S. Al Insan : 1,  Q.S. At Tiin : 4)
  2. Al Basyar ( Q.S. Al Hijr : 28 )
  3. Bani Adam ( Q.S. Al Israa: 70 )
  4. An Nas ( Q.S. An Naas )


Kata  Basyar terambil dari  akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah.  Dari akar kata yang sama lahir kata Basyarah yang berarti kulit.  Manusia dinamai Basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Dalam Al Qur’an kata Basyar terulang sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.  Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa:
   
“Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu “ (Q.S. Al Kahfi : 110)

            Dari sisi lain diamati banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menggunakan kata Basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.  Dan karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada Basyar (perhatikan Q.S. Al Hijr : 28) dan Q.S. Al Baqarah : 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung pemberitaan Allah kepada malaikat tentang manusia.
            Sedangkan kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak.  Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang Al Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
            Dalam Al Qur’an seringkali memperhadapkan insan dengan jin/jan.  Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk  yang nyata lagi ramah.
            Kata insan,  digunakan Al Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.  Manusia yang berbeda anatara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.


B. Kondisi Manusia
            Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh  Allah SWT, baik dalam proses penciptaan  maupun bentuknya.
Proses kejadian Manusia:
  1. Melalui masa yang tidak disebutkan (Q.S. Al Insan  :1)
  2. Mengalami beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. Nuh :14)
  3. Pada masa ruh berjanji kepada Allah ( Q.S. Al A’raf :172)
  4. Ditumbuhkan dari tanah seperti tumbuh-tumbuhan (Q.S. Nuh : 17)
  5. Dijadikan dari tanah liat = lazib (Q.S. Ash Shaffat : 11)
  6. Dijadikan dari tanah kering dan lumpur hitam /shalshal dan hamain (Q.S. Al Hijr: 28)
  7. Berproses dari saripati tanah, nuthfah dalam rahim, segumpal darah, segumpal daging, tulang, dibungkus dengan daging, makhluk yang paling baik. (Q.S. Al Mu’minun : 12-14)
  8. Kemudian ditiupkan roh (Q.S. Ash Shad : 72, Q.S. Al Hijr : 29)

Manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah, yaitu turab (tanah), tanah kering (shal shal), lumpur hitam (hamain), thin (tanah kering) dan lain-lain.  Ini menunjukkan bahwa fisik manusia berasal dari macam-macam bahan yang ada dalam tanah ( Q.S. Al Mu’minun : 12-16).

Bentuk  manusia sangat sempurna dan indah terdiri dari jasmani  dengan Panca Indra yang baik dan Ruhani, kedua unsur ini membentuk senyawa, sehingga terwujud proses dan mekanisme hidup.
Ruhani yang ada dalam diri manusia itu terdiri dari:
  1. Roh                  3. Nafsu                        5. Latifah
  2. Akal                  4. Qobu
Roh, yang menjadi hidupnya kita. Berpisahnya Roh dari jasad menjadikan manusia mati. Roh itu asalnya dalam keadaan suci, bahkan sudah membuat persaksian dengan perjanjian kepada Allah SWT. Lihat Q.S. Al A’raaf : 172  

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
 
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S.Al Israa: 85)


 

Quotes This Week

Lihatlah apa yang disampaikan Jangan dilihat Siapa yang Menyampaikan.... Syaiidina Ali Bin Abi Thalib RA