twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Sabtu, 20 April 2013

"KISAH TELADAN" Ummi Imarah (Mutiara Uhud)




              Sahabat-Di hari nan cerah, Ummi Imarah melihat serombongan orang Anshar pulang dari Mekkah.  "Gerangan apa yang terjadi", katanya dalam hati.  Dicarinya berita tentang rombongan itu.  Setelah dia mengethui bahwa rombongan tersebut baru saja bertemu Rasulullah SAW serta menyatakan sumpah setianya, maka ia memutuskan untuk segera mengikuti jejak para pendahulunya itu.  Memang sejak lama dia mendengar tentang kedatangan seorang Nabi untuk akhir zaman. Ia rindu ingin berjumpa dan siap menjadi pembelanya yang setia.  Kini, kerinduannya itu semakin bergelora.
            Ketika tiba musim haji, bersama-sama BEBERAPA MUSLIM Madinah berangkatlah ia secara sembunyi-sembunyi menuju Mekkah.  Tak seorang kafirpun mengetahui keberangkatan mereka.  "Ya, Rasulullah, kedatangan kami adalah untuk menyatakan keimanan kami dan berbaiat kepadamu", kata Ummi Imarah ketika sudah berhadapan dengan Rasulullah.
            "Ya, Rasulullah, aku bersumpah akan membelamu dan melindungimu sebagaimana aku melindungi keluargaku", sumpahnya setelah berjanji kepada Rasul. Sumpah dan janji itu diterima dengan senyum haru dan bangga oleh Rasulullah.
            "Allah benar-benar memberkati orang-orang mukmin ketika mereka membaiatmu dibawah pohon itu. Dia mengetahui isi hati mereka, karena itu Dia menurunkan ketentraman jiwa dan membalasnya dengan kemenangan yang segera" (Al Fath : 18)
            Beberapa bulan kemudian, meletuslah perang Uhud. Perang antara kaum muslimin dan kaum kafirin.   Ummi Imarah berada di barisan Rasulullah, ia bertindak sebagai perawat pejuang-pejuang muslim yang terluka. Dengan segenap jiwa dan raga serta seluruh yang dimilikinya dia pertahankan diinul Islam.
            Perang terus berkecamuk kian dahsyat.  Mula-mula kaum muslimin memperoleh kemenangan.  Tapi karena tidak mentaati perintah Rasul, maka mereka terjepit, dan akhirnya kucar kacir. Ditengah terdesaknya pasukan Islam, ia melihat rasulullah berada dalam posisi yang sangat berbahaya, sementara sebagian besar para sahabat telah melarikan diri dari pertempuran.  Ketika itulah semangat juangnya bangkit dan menyala.  Bersama suaminya, Zaid bin Hashim dan dua puteranya, habib dan Abdullah, dia melindungi Rasul.  Dengan pedang di tangan kanan dan panah di tangan kiri dia membela Rasul, hingga tubuhnya penuh dengan luka.
            Ketika perang usai, diantara mayat para syuhada, tampak tergeletak mayat yang keadaannya sangat menyedihkan akibat luka-luka yang dialaminya, dialah Ummi Imarah.  "Kedudukan Nasibah (Ummi Imarah) pada hari ini benar-benar lebih tinggi daripada kedudukan si fulan dan si fulan", ucap Rasul dengan kagum melihat keberanian dan keberhasilan Ummi Imarah melindungi beliau.

sumber : Ust.A.Saepudin S.PdI bin K.H. Syufyan Tsauri

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Quotes This Week

Lihatlah apa yang disampaikan Jangan dilihat Siapa yang Menyampaikan.... Syaiidina Ali Bin Abi Thalib RA