twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Senin, 22 April 2013

Meneliti Diri

 

 
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?
(Q.S. Adz Dzariyat : 21)

A. Penyebutan Manusia

            Didalam Al Qur’an ada berbagai  penyebutan untuk nama manusia:
  1. Disebut Al Insan ( Q.S. Al Insan : 1,  Q.S. At Tiin : 4)
  2. Al Basyar ( Q.S. Al Hijr : 28 )
  3. Bani Adam ( Q.S. Al Israa: 70 )
  4. An Nas ( Q.S. An Naas )


Kata  Basyar terambil dari  akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah.  Dari akar kata yang sama lahir kata Basyarah yang berarti kulit.  Manusia dinamai Basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Dalam Al Qur’an kata Basyar terulang sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.  Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa:
   
“Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu “ (Q.S. Al Kahfi : 110)

            Dari sisi lain diamati banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menggunakan kata Basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.  Dan karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada Basyar (perhatikan Q.S. Al Hijr : 28) dan Q.S. Al Baqarah : 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung pemberitaan Allah kepada malaikat tentang manusia.
            Sedangkan kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak.  Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang Al Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
            Dalam Al Qur’an seringkali memperhadapkan insan dengan jin/jan.  Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk  yang nyata lagi ramah.
            Kata insan,  digunakan Al Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.  Manusia yang berbeda anatara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.


B. Kondisi Manusia
            Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh  Allah SWT, baik dalam proses penciptaan  maupun bentuknya.
Proses kejadian Manusia:
  1. Melalui masa yang tidak disebutkan (Q.S. Al Insan  :1)
  2. Mengalami beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. Nuh :14)
  3. Pada masa ruh berjanji kepada Allah ( Q.S. Al A’raf :172)
  4. Ditumbuhkan dari tanah seperti tumbuh-tumbuhan (Q.S. Nuh : 17)
  5. Dijadikan dari tanah liat = lazib (Q.S. Ash Shaffat : 11)
  6. Dijadikan dari tanah kering dan lumpur hitam /shalshal dan hamain (Q.S. Al Hijr: 28)
  7. Berproses dari saripati tanah, nuthfah dalam rahim, segumpal darah, segumpal daging, tulang, dibungkus dengan daging, makhluk yang paling baik. (Q.S. Al Mu’minun : 12-14)
  8. Kemudian ditiupkan roh (Q.S. Ash Shad : 72, Q.S. Al Hijr : 29)

Manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah, yaitu turab (tanah), tanah kering (shal shal), lumpur hitam (hamain), thin (tanah kering) dan lain-lain.  Ini menunjukkan bahwa fisik manusia berasal dari macam-macam bahan yang ada dalam tanah ( Q.S. Al Mu’minun : 12-16).

Bentuk  manusia sangat sempurna dan indah terdiri dari jasmani  dengan Panca Indra yang baik dan Ruhani, kedua unsur ini membentuk senyawa, sehingga terwujud proses dan mekanisme hidup.
Ruhani yang ada dalam diri manusia itu terdiri dari:
  1. Roh                  3. Nafsu                        5. Latifah
  2. Akal                  4. Qobu
Roh, yang menjadi hidupnya kita. Berpisahnya Roh dari jasad menjadikan manusia mati. Roh itu asalnya dalam keadaan suci, bahkan sudah membuat persaksian dengan perjanjian kepada Allah SWT. Lihat Q.S. Al A’raaf : 172  

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
 
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S.Al Israa: 85)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Quotes This Week

Lihatlah apa yang disampaikan Jangan dilihat Siapa yang Menyampaikan.... Syaiidina Ali Bin Abi Thalib RA