Sahabat-Di
hari nan cerah, Ummi Imarah melihat serombongan orang Anshar pulang dari
Mekkah. "Gerangan apa yang
terjadi", katanya dalam hati.
Dicarinya berita tentang rombongan itu. Setelah dia mengethui bahwa rombongan tersebut
baru saja bertemu Rasulullah SAW serta menyatakan sumpah setianya, maka ia
memutuskan untuk segera mengikuti jejak para pendahulunya itu. Memang sejak lama dia mendengar tentang
kedatangan seorang Nabi untuk akhir zaman. Ia rindu ingin berjumpa dan siap
menjadi pembelanya yang setia. Kini,
kerinduannya itu semakin bergelora.
Ketika
tiba musim haji, bersama-sama BEBERAPA MUSLIM Madinah berangkatlah ia secara
sembunyi-sembunyi menuju Mekkah. Tak
seorang kafirpun mengetahui keberangkatan mereka. "Ya, Rasulullah, kedatangan kami adalah
untuk menyatakan keimanan kami dan berbaiat kepadamu", kata Ummi Imarah
ketika sudah berhadapan dengan Rasulullah.
"Ya,
Rasulullah, aku bersumpah akan membelamu dan melindungimu sebagaimana aku
melindungi keluargaku", sumpahnya setelah berjanji kepada Rasul. Sumpah
dan janji itu diterima dengan senyum haru dan bangga oleh Rasulullah.
"Allah
benar-benar memberkati orang-orang mukmin ketika mereka membaiatmu dibawah
pohon itu. Dia mengetahui isi hati mereka, karena itu Dia menurunkan
ketentraman jiwa dan membalasnya dengan kemenangan yang segera" (Al Fath :
18)
Beberapa bulan kemudian, meletuslah perang
Uhud. Perang antara kaum muslimin dan kaum kafirin. Ummi Imarah berada di barisan Rasulullah, ia
bertindak sebagai perawat pejuang-pejuang muslim yang terluka. Dengan segenap
jiwa dan raga serta seluruh yang dimilikinya dia pertahankan diinul Islam.
Perang
terus berkecamuk kian dahsyat. Mula-mula kaum muslimin memperoleh
kemenangan. Tapi karena tidak mentaati
perintah Rasul, maka mereka terjepit, dan akhirnya kucar kacir. Ditengah
terdesaknya pasukan Islam, ia melihat rasulullah berada dalam posisi yang
sangat berbahaya, sementara sebagian besar para sahabat telah melarikan diri
dari pertempuran. Ketika itulah semangat
juangnya bangkit dan menyala. Bersama
suaminya, Zaid bin Hashim dan dua puteranya, habib dan Abdullah, dia melindungi
Rasul. Dengan pedang di tangan kanan dan
panah di tangan kiri dia membela Rasul, hingga tubuhnya penuh dengan luka.
Ketika
perang usai, diantara mayat para syuhada, tampak tergeletak mayat yang
keadaannya sangat menyedihkan akibat luka-luka yang dialaminya, dialah Ummi
Imarah. "Kedudukan Nasibah (Ummi
Imarah) pada hari ini benar-benar lebih tinggi daripada kedudukan si fulan dan si
fulan", ucap Rasul dengan kagum melihat keberanian dan keberhasilan Ummi
Imarah melindungi beliau.
sumber : Ust.A.Saepudin S.PdI bin K.H. Syufyan Tsauri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar