twitterfacebookgoogle pluslinkedinrss feedemail

Senin, 22 April 2013

Make Up Muslimah Menjadikan Anda Cantik, Menarik dan Masuk Surga














  1. Jadikanlah “Ghadhul Bashar” (menundukkan pandangan) sebagai hiasan mata anda, niscaya akan semakin bening dan jernih.
  1. Oleskan Lipstik “kejujuran dan ucapan-ucapan baik” pada bibir anda, niscaya akan semakin manis.
  1. Gunakan Pemerah Pipi anda dengan kosmetik  yang terbuat dari “rasa malu” yang dibuat pada salon iman.
  1. Pakailah “Sabun Istighfar” yang menghilangkan semua dosa dari kesalahan yang anda lakukan.
  1. Rawatlah rambut anda dengan “Jilbab Islam” yang akan menghilangkan ketombe pandangan laki-laki yang membahayakan.
  1. Hiasilah kedua tangan anda dengan gelang “Tawadhu” dan jari-jari anda dengan cincin “Ukhuwah”.

GAMBARAN WANITA PENGHUNI NERAKA YANG DILIHAT ROSULULLAH SAW DALAM PERISTIWA ISRA DAN MI’RAJ



Berkata Sayyidina Ali Karomallahu Wajhah : Aku  dan isteriku Fatimah masuk ke rumah Nabi SAW dan mendapati  Rasul sedang menangis dengan sangat sedihnya. Aku berkata : Ya Rosulullah hal apakah yang menjadikan engkau begitu sangat sedih?   Rasulullah SAW bersabda : Wahai Ali, pada malam aku di Isro’kan ke langit, aku melihat beberapa wanita dari umatku sedang disiksa dengan berbagai bentuk siksaan di neraka, maka aku tidak kuat melihat betapa pedihnya siksaan-siksaan itu.
            Kemudian Siti Fatimah rha bertanya kepada Rasulullah SAW tentang berbagai bentuk siksaan itu dan apa yang menyebabkannya.
  1. Rosulullah SAW melihat wanita yang digantung  dengan rambutnya dan mendidih otaknya, disebabkan waktu hidup di dunia tidak mau menutup aurat  dan menutup kepala (rambutnya) sehingga dilihat oleh yang bukan muhrimnya.
  2. Rosulullah SAW melihat wanita yang digantung dengan lidahnya dan dikucurkan air panas pada tenggorokannya, disebabkan waktu hidup di dunia  suka menyakitkan suaminya dengan ucapan lidahnya.
  3. Rosulullah SAW melihat wanita yang  diikat dua kakinya kemudian dikerubuti oleh ular dan kalajengking, disebabkan waktu hidup di dunia tidak bersuci dari jinabat dan haid  serta melalaikan kewajiban sholat.
  4. Rosulullah SAW melihat wanita yang digantung  dengan dua payudaranya, disebabkan waktu hidup di dunia tidak mempersiapkan tempat tidur suaminya dan tidak melayani suaminya  dengan baik.
  5. Rosulullah SAW melihat wanita yang mukanya seperti babi dan tubuhnya seperti keledai  dan mendapat siksa, disebabkan waktu hidup di dunia suka mengadu-ngadu (namimah), ghibah (gossip) dan berbohong.
  6. Rosulullah SAW melihat wanita yang muka dan seluruh  tubuhnya seperti anjing dan api masuk dari mulutnya dan keluar dari duburnya, disebabkan waktu hidup di dunia menghilangkan kebaikan suaminya dan benci serta dengki kepada suaminya.
    (Sumber: Uqudul Jein, Syekh nawawi Al Bantani)





Meneliti Diri

 

 
(juga) pada dirimu sendiri. Maka apakah kamu tiada memperhatikan?
(Q.S. Adz Dzariyat : 21)

A. Penyebutan Manusia

            Didalam Al Qur’an ada berbagai  penyebutan untuk nama manusia:
  1. Disebut Al Insan ( Q.S. Al Insan : 1,  Q.S. At Tiin : 4)
  2. Al Basyar ( Q.S. Al Hijr : 28 )
  3. Bani Adam ( Q.S. Al Israa: 70 )
  4. An Nas ( Q.S. An Naas )


Kata  Basyar terambil dari  akar kata yang pada mulanya berarti penampakan sesuatu dengan baik dan indah.  Dari akar kata yang sama lahir kata Basyarah yang berarti kulit.  Manusia dinamai Basyar karena kulitnya tampak jelas, dan berbeda dengan kulit binatang yang lain.
Dalam Al Qur’an kata Basyar terulang sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan sekali dalam bentuk mutsanna (dua) untuk menunjuk manusia dari sudut lahiriahnya serta persamaannya dengan manusia seluruhnya.  Karena itu Nabi Muhammad SAW diperintahkan untuk menyampaikan bahwa:
   
“Aku adalah basyar (manusia) seperti kamu yang diberi wahyu “ (Q.S. Al Kahfi : 110)

            Dari sisi lain diamati banyak ayat-ayat Al Qur’an yang menggunakan kata Basyar yang mengisyaratkan bahwa proses kejadian manusia sebagai Basyar, melalui tahap-tahap sehingga mencapai tahap kedewasaan dalam kehidupan manusia yang menjadikannya mampu memikul tanggung jawab.  Dan karena itu pula, tugas kekhalifahan dibebankan kepada Basyar (perhatikan Q.S. Al Hijr : 28) dan Q.S. Al Baqarah : 30 yang menggunakan kata khalifah, yang keduanya mengandung pemberitaan Allah kepada malaikat tentang manusia.
            Sedangkan kata insan terambil dari kata uns yang berarti jinak, harmonis dan tampak.  Pendapat ini, jika ditinjau dari sudut pandang Al Qur’an lebih tepat dari yang berpendapat bahwa ia terambil dari kata nasiya (lupa), atau nasa-yanusu (berguncang).
            Dalam Al Qur’an seringkali memperhadapkan insan dengan jin/jan.  Jin adalah makhluk halus yang tidak tampak, sedangkan manusia adalah makhluk  yang nyata lagi ramah.
            Kata insan,  digunakan Al Qur’an untuk menunjuk kepada manusia dengan seluruh totalitasnya, jiwa dan raga.  Manusia yang berbeda anatara seseorang dengan yang lain, akibat perbedaan fisik, mental dan kecerdasan.


B. Kondisi Manusia
            Manusia diciptakan berbeda dengan makhluk lainnya yang diciptakan oleh  Allah SWT, baik dalam proses penciptaan  maupun bentuknya.
Proses kejadian Manusia:
  1. Melalui masa yang tidak disebutkan (Q.S. Al Insan  :1)
  2. Mengalami beberapa tingkatan kejadian ( Q.S. Nuh :14)
  3. Pada masa ruh berjanji kepada Allah ( Q.S. Al A’raf :172)
  4. Ditumbuhkan dari tanah seperti tumbuh-tumbuhan (Q.S. Nuh : 17)
  5. Dijadikan dari tanah liat = lazib (Q.S. Ash Shaffat : 11)
  6. Dijadikan dari tanah kering dan lumpur hitam /shalshal dan hamain (Q.S. Al Hijr: 28)
  7. Berproses dari saripati tanah, nuthfah dalam rahim, segumpal darah, segumpal daging, tulang, dibungkus dengan daging, makhluk yang paling baik. (Q.S. Al Mu’minun : 12-14)
  8. Kemudian ditiupkan roh (Q.S. Ash Shad : 72, Q.S. Al Hijr : 29)

Manusia diciptakan dari tanah dengan bermacam-macam istilah, yaitu turab (tanah), tanah kering (shal shal), lumpur hitam (hamain), thin (tanah kering) dan lain-lain.  Ini menunjukkan bahwa fisik manusia berasal dari macam-macam bahan yang ada dalam tanah ( Q.S. Al Mu’minun : 12-16).

Bentuk  manusia sangat sempurna dan indah terdiri dari jasmani  dengan Panca Indra yang baik dan Ruhani, kedua unsur ini membentuk senyawa, sehingga terwujud proses dan mekanisme hidup.
Ruhani yang ada dalam diri manusia itu terdiri dari:
  1. Roh                  3. Nafsu                        5. Latifah
  2. Akal                  4. Qobu
Roh, yang menjadi hidupnya kita. Berpisahnya Roh dari jasad menjadikan manusia mati. Roh itu asalnya dalam keadaan suci, bahkan sudah membuat persaksian dengan perjanjian kepada Allah SWT. Lihat Q.S. Al A’raaf : 172  

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan:
"Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
 
Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (Q.S.Al Israa: 85)


Sabtu, 20 April 2013

"KISAH TELADAN" Ummi Imarah (Mutiara Uhud)




              Sahabat-Di hari nan cerah, Ummi Imarah melihat serombongan orang Anshar pulang dari Mekkah.  "Gerangan apa yang terjadi", katanya dalam hati.  Dicarinya berita tentang rombongan itu.  Setelah dia mengethui bahwa rombongan tersebut baru saja bertemu Rasulullah SAW serta menyatakan sumpah setianya, maka ia memutuskan untuk segera mengikuti jejak para pendahulunya itu.  Memang sejak lama dia mendengar tentang kedatangan seorang Nabi untuk akhir zaman. Ia rindu ingin berjumpa dan siap menjadi pembelanya yang setia.  Kini, kerinduannya itu semakin bergelora.
            Ketika tiba musim haji, bersama-sama BEBERAPA MUSLIM Madinah berangkatlah ia secara sembunyi-sembunyi menuju Mekkah.  Tak seorang kafirpun mengetahui keberangkatan mereka.  "Ya, Rasulullah, kedatangan kami adalah untuk menyatakan keimanan kami dan berbaiat kepadamu", kata Ummi Imarah ketika sudah berhadapan dengan Rasulullah.
            "Ya, Rasulullah, aku bersumpah akan membelamu dan melindungimu sebagaimana aku melindungi keluargaku", sumpahnya setelah berjanji kepada Rasul. Sumpah dan janji itu diterima dengan senyum haru dan bangga oleh Rasulullah.
            "Allah benar-benar memberkati orang-orang mukmin ketika mereka membaiatmu dibawah pohon itu. Dia mengetahui isi hati mereka, karena itu Dia menurunkan ketentraman jiwa dan membalasnya dengan kemenangan yang segera" (Al Fath : 18)
            Beberapa bulan kemudian, meletuslah perang Uhud. Perang antara kaum muslimin dan kaum kafirin.   Ummi Imarah berada di barisan Rasulullah, ia bertindak sebagai perawat pejuang-pejuang muslim yang terluka. Dengan segenap jiwa dan raga serta seluruh yang dimilikinya dia pertahankan diinul Islam.
            Perang terus berkecamuk kian dahsyat.  Mula-mula kaum muslimin memperoleh kemenangan.  Tapi karena tidak mentaati perintah Rasul, maka mereka terjepit, dan akhirnya kucar kacir. Ditengah terdesaknya pasukan Islam, ia melihat rasulullah berada dalam posisi yang sangat berbahaya, sementara sebagian besar para sahabat telah melarikan diri dari pertempuran.  Ketika itulah semangat juangnya bangkit dan menyala.  Bersama suaminya, Zaid bin Hashim dan dua puteranya, habib dan Abdullah, dia melindungi Rasul.  Dengan pedang di tangan kanan dan panah di tangan kiri dia membela Rasul, hingga tubuhnya penuh dengan luka.
            Ketika perang usai, diantara mayat para syuhada, tampak tergeletak mayat yang keadaannya sangat menyedihkan akibat luka-luka yang dialaminya, dialah Ummi Imarah.  "Kedudukan Nasibah (Ummi Imarah) pada hari ini benar-benar lebih tinggi daripada kedudukan si fulan dan si fulan", ucap Rasul dengan kagum melihat keberanian dan keberhasilan Ummi Imarah melindungi beliau.

sumber : Ust.A.Saepudin S.PdI bin K.H. Syufyan Tsauri

Ujian Ataukah Azab Yang Menimpa Kita???



Sahabat - Dalam kehidupan didunia ini dapatkah kita mengetahui perbedaan suatu kejadian yang tidak kita ingini adalah akibat dari perbuatan kita berbuat dosa kepada Allah atau merupakaan cobaan keimanan kita (bukan karena dosa kepada Allah). Apakah ada azab  yang ditimpakan seawaktu masih hidup didunia akibat berbuat  dosa kepada Allah?

Marilah direnungkan Firman Allah swt :   “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” (QS. An Nisaa : 79)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah” adalah dari karunia dan kasih sayang Allah swt. Sedangkan makna “dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Berarti dari dirimu sendiri dan dari perbuatanmu sendiri, sebagaimana firman-Nya: “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura : 30).
As Suddiy, Hasan al Bashri, Ibnu Juraih dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa makna “maka dari dirimu sendiri” adalah karena dosamu. Qatadah mengatakan bahwa makna” “Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, Maka dari (kesalahan) dirimu sendiri.” Adalah akibat dosamu wahai anak Adam.
Didalam sebuah hadits disebutkan,”Demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah seorang mukmin ditimpa kegalauan, kesedihan, kepayahan bahkan duri yang menancap padanya kecuali dengannya Allah akan menghapuskan kesalahan-kesalahannya.” (Tafsir al Qur’an al Azhim juz II hal 363). Sedangkan bala atau cobaan maupun ujian juga telah disebutkan didalam Al Qur’an diantaranya firman Allah swt : Artinya : “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (QS. Al Anbiya : 35)
Cobaan atau ujian yang menimpa setiap orang dan ia ini bisa berupa keburukan atau kebaikan, kesenagan atau kesengsaraan, sebagaimana disebutkan pula didalam firman-Nya yang lain :“Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk.” (QS. Al A’raf : 168)
Ibnu Katsir mengatakan bahwa makna “Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya)” adalah terkadang Kami menguji dengan berbagai musibah dan terkadang dengan berbagai kenikmatan agar kami mengetahui orang-orang yang bersyukur dari orang-orang yang kafir, orang-orang yang bersabar dari orang-orang yang berpuus asa sebagaimana perkataan Ali bin Thalhah dari Ibnu Abbas bahwa makna “Dan Kami menguji kalian” dia mengatakan Kami menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan sebagai fitnah (cobaan), dengan kesulitan dan kelapangan, kesehatan dan rasa sakit, kekayaan dan kemiskinan, halal dan haram, ketaatan dan kemaksiatan, petunjuk dan kesesatan, sedangkan firman-Nya yang berarti “dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan” adalah Kami akan memberikan ganjaran (balasan) atas amal kamu. (Tafsir al Qur’an al Azhim juz V hal 342).
Dan apapun yang diterima seorang muslim baik ia berupa ujian maupun cobaan baik berupa kesenangan ataupun kesengsaraan, kelapangan atau kesempitan, kekayaan atau kemiskinan maka semuanya adalah baik baginya karena mereka adalah orang-orang yang bersyukur ketika dirimpa kesenangan dan bersabar ketika ditimpa kesengsaraan. Dan tidaklah suatu musibah atau ujian itu ditimpakan kepada seorang mukmin kecuali adalah sebagai pembersih dosa dan kesalahannya di dunia sehingga tidak ada lagi baginya siksa atas dosa itu di akhrat, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Tirmidzi disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda,”Tidaklah seorang mukmin atau mukminah yang ditimpa suatu bala’ (cobaan) sehingga ia berjalan di bumi tanpa membawa kesalahan".
Sementara musibah atau ujian yang diberikan kepada orang-orang kafir adalah bagian dari adzab Allah kepada mereka di dunia sementara adzab yang lebih besar telah menantinya di akherat, sebagaimana firman-Nya : “Dan Sesungguhnya kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), Mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. As Sajdah : 21)
Didalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw bersabda,”Sesungguhnya Allah tidaklah menzhalimi seorang mukmin, diberikan kepadanya kebaikan di dunia dan disediakan baginya pahala di akherat. Adapun orang yang kafir maka ia memakan dengan kebaikan-kebaikan yang dilakukannya di dunia sehingga ketika dia kembali ke akherat maka tidak ada lagi satu kebaikan pun sebagai ganjaran baginya".  (HR. Muslim).

 

Quotes This Week

Lihatlah apa yang disampaikan Jangan dilihat Siapa yang Menyampaikan.... Syaiidina Ali Bin Abi Thalib RA